Selasa, 17 Oktober 2023, Tak terasa sudah mengakhiri Modul 1, pada akhir modul, biasanya Calon guru Penggerak membuat Aksi Nyata pembelajaran dan umpan balik modul yang telah di pelajarinya. Modul yang telah dipelajari selanjutnya di buat dalam bentuk dokumentasi atau video kegiatan yang dilakukan oleh calon guru penggerak dan di tautkan pada LMS yang sudah di buat sebelumnya pada akun youtube dan di sematkan pada PMM. Sebagai calon Guru Penggerak Angkatan 9 dari Kabupaten Raja Ampat, saya mencoba membuat aksi Nyata tentang webiner kecil di sekolah tentang Budaya Positif, sasarannya adalah semua dewan guru dan kepala Sekolah. Webiner yang berlangsung sekitar 2 jam di ruang laboratorium TIK pada hari jumat tanggal 13 Oktober 2023 pada pukul 09.00 waktu Papua diikuti 12 guru. semua kegiatan dari awal di dokumentasikan dalam bentuk video dan foto selama kegiatan berlangsung.
Kegiatan awal, saya menjelaskan tentang budaya positif di lingkungan sekolah, di mulai dari ilusi guru mengontrol murid hingga ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa kemudian dihubungkan dengan stimulus respons lawan teori kontrol pandangan tentang dunia. semua yang hadir terkesan terutama saya awali dengan kegiatan " cibalah Buka " pada permainan mengepalkan tangan sebagai kegiatan pemantik untuk membawa para guru ke pemahaman miskonsepsi tentang ilusi guru mengontrol murid.
setelah itu saya mulai menjelaskan tentang modul 2..1 yaitu tentang disiplin positif dan nilai-nilai kebajikan universal yang perlu di praktekan di sekolah agar para murid dapat memahaminya. Sesuai dengan prakarsa Ki Hadjar Dewantara bahwa Pendidikan adalah tempat bersemayam benih-benih kebudayaan, Oleh karena itu salah satu nilai-nilai kebajikan yang universal adalah budaya yang positif. Budaya positif di mulai dari diri anak, untuk itu nilai-nilai kebajikan sebaiknya ditanamkan dalam diri anak agar anak menjadi pribadi yang berkarakter profil pelajar pancasila.
Merujuk pada nilai-nilai kebajikan universal maka nilai disiplin perlu di tanamkan pada diri murid, nilai displin pada diri murid harulah nilai intriksik bukan entriksik. Displin adalah ketaatan para aturan yang berlaku, jika aturan di langgar maka akan terkena sangsi, sangsi ini berupa hukuman,konsekuensi dan restitusi. Kepada bapak ibu guru, saya menjelaskan tentang motifasi anak untuk belajar bisa jadi karena faktor untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan, biarkan anak belajar sesuai keinginannya bukan karena paksaan dalam bentuk penghargaan. Hukuman berangsung secara tiba-tiba, anak anak tidak tahu hukumannya namun konsekuensi diberikan untuk meringankan hukuman dimana murid tahu jika melanggar maka konsekuensinya sudah disepakati bersama namun pada prinsipnya anak dibuat tidak nyaman karena konsekuensi yang diterima jika berbuat kesalahan dan restitusi merupakan proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka.
Saya mengajak bapak ibu guru untuk menggunakan restitusi dalam pembelajaran agar murid dapat mempertangungjawabkan setiap persoalan yang dibuatnya berdasarkan kesepakatan kelas mereka. Saya juga mengajak bapak ibu guru dalam pembelajaran seyogyanya melihat 5 kebutuhan dasar manusia, jika ada siswa yang tidak nyaman dalam belajar, bisa jadi salah satu kebutuhan dasar manusia tidak terpenuhi sehingga murid cenderung tidak konsentrasi dalam belajar maka sebagai guru wajib mengunakan segitiga restitusi dalam pemecahan masalah, dengan berpedoman pada 5 posisi kontrol guru, seyogyanya jadi-lah guru sebagai posisi kontrol manager agar dapat mempratekan segtiga restiusi agar penerapan disipin positif dilingkungan sekolah dapat berjalan baik, guru mengajak siswa menyelesaikan masalah yang dibuatnya dengan berpedoman pada keyakinan kelasnya dan membuat solusi dari permasalannnya.
Akhir dari pertemuan kami, ada diskusi kelompok tentang persoalan -persoalan yang terjadi di lingkngan sekolah dan cara menyelesaikannya dengan menggunakan segitiga restitusi, bapak ibu guru sangat antusias , setiap kelompok memaparkan hasil diskusinya , dan kami selingi dengan humoria penambah semangat agar tidak mengantuk.
Tepat pukul 11.00 wit kegiatan kami selesai, walaupun hanya makanan ringan seadanya namun saya berterima kasih kepada bapak ibu guru hebat yang sudah mensponsori saya dalam kegiatan ini, terima kasih untuk kepala sekolah yang sudah membantu memprakarsai kegiatan workshop tentang budaya Positif di sekolah. Haparan kami kedepan, setip guru wajib menciptakab suasana belajar yang nyaman dan aman dengan menjadi guru pada posisi manager dengan menerapkan segitiga restitusi dalam pembelajaran dan melihat kebutuhan dasar manusia dan dunia yang berkualitas serta menghindari pemberian penghargaan sebagai motifasi anak dalam belajar.
CF.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini